Minggu, 08 November 2009

MUSEUM ETNOBOTANI BOGOR

A. Letak Geografis

Museum Etnobotani Indonesia terletak di tengah kota Bogor, tepatnya berada di jalan Ir. H. Juanda no 22-24 Bogor.

B. Pengertian Etnobotani

Istilah Etnobotani diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1895 oleh seorang Antropologi Amerika bernama Harshberger yang mencakup pengetahuan tentang jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan makanan, pakaian, bangunan, pekakas, obat-obatan dan sesaji dalam upacara adat dan lain-lain. Etnobotani secara etimologi berasal dari kata “etno” yang berarti bangsa dan “botani” ilmu yang mempelajari tumbuh-tumbuhan. Jadi, Etnobotani adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan oleh suku/bangsa tertentu atau penduduk asli untuk kepentingan hidup sehari-hari.

a. Sejarah Singkat Museum Etnobotani Indonesia

Gagasan untuk mendirikan Museum Etnobotani (MEI) mula-mula dicetuskan oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) sekarang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bertepatan dengan peletakan batu pertama pembangunan Herbarium Bogoriense pada tahun 1962. Gagasan tersebut dimantapkan kembali ketika Dr. Setiaji Sastrapraja yang menjabat sebagai Direktur Lembaga Biologi Nasional (LBN) pada tahun 1975 mengadakan pertemuan dengan para tokoh permuseuman, ahli ilmu sosial, kemasrakatan dan antrofologi serta pakar-pakar botani.
Koleksi aretefakta dikumpulkan dari berbagai daerah di Indonesia oleh para peneliti yang khususnya dari Lembaga Biologi Nasional atau Puslit Biologi sekarang. Setelah melalui proses yang panjang, Museum Etnobotani terwujud dan diresmikan oleh Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 18 Mei 1982 yang bertepatan dengan hari ulang tahun Kebun Raya Indonesia di Bogor yang ke 165.

Lokasi ruang pameran sebelum diisi dengan koleksi/artefak sekarang adalah ruangan koleksi batu mineral yang sekarang berada di Museum Geologi Bandung. Letak ruang pameran Museum Etnobotani Indonesia berada di Lantai Dasar Gedung Herbarium Bogoriense atau Bidang Botani Puslit Biologi sekarang. Lokasi cukup strategis karena berada di tengah kota Bogor dan berdekatan dengan Kebun Raya Indonesia Bogor. Hingga sekarang obyek wisata ilmiah Museum Etnobotani Indonesia ini dikelola oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.
Museum Etnobotani Indonesia merupakan salah satu obyek wisata ilmiah, karena didalamnya memberikan informasi pengetahuan tentang bagaimana tumbuhan atau sumber daya nabati terdapat hubungan/kaitan dengan suku-suku bangsa di Indonesia terutama untuk pemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari.


b. Tugas dan Fungsi Museum Etnobotani Indonesia

Tugas dan fungsi Museum Etnobotani Indonesia yaitu :
1. Melestasrikan kekayaan Pemanfaatan Tumbuhan oleh suku bangsa atau penduduk asli di Indonesia.
2. Sebagai sarana Informasi sekitar ruang lingkup Etnobotani


penulis :ichsan 'ichan' ferdiyansyah

KEBUDAYAAN NEGERI KITA

A. Pelestarian Kebudayaan di Indonesia

Beragam wujud warisan budaya memberi kita kesempatan untuk mempelajari kearifan kebudayaan lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di masa lalu. Masalahnya kearifan lokal tersebut seringkali diabaikan, dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang apalagi masa depan. Dampaknya adalah banyak warisan budaya yang lapuk dimakan usia, terlantar, terabaikan bahkan dilecehkan keberadaannya. Padahal banyak bangsa yang kurang kuat sejarahnya justru mencari-cari jati dirinya dari tinggalan sejarah dan warisan budayanya yang sedikit jumlahnya. Kita sendiri, bangsa Indonesia, yang kaya dengan warisan budaya justru mengabaikan asset yang tidak ternilai tersebut.
Sungguh kondisi yang kontradiktif.

B. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Budaya

Kita sebagai bangsa dengan jejak perjalanan sejarah yang panjang sehingga kaya dengan keanekaragaman budaya lokal seharusnya mati-matian melestarikan warisan budaya yang sampai kepada kita. Melestarikan tidak berarti membuat sesuatu menjadi awet dan tidak mungkin punah. Melestarikan berarti memelihara untuk waktu yang sangat lama. Jadi, upaya pelestarian budaya berarti upaya memelihara warisan budaya untuk waktu yang sangat lama. Karena upaya pelestarian merupakan upaya memelihara untuk waktu yang sangat lama maka perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang berkelanjutan (sustainable).
Jadi, bukan pelestarian yang hanya mode sesaat, berbasis proyek, berbasis donor dan elitis (tanpa akar yang kuat di masyarakat). Pelestarian tidak akan dapat bertahan dan berkembang jika tidak didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian nyata dari kehidupan kita. Para pakar pelestarian harus turun dari menara gadingnya dan merangkul masyarakat menjadi pecinta pelestarian yang bergairah. Pelestarian jangan hanya tinggal dalam buku tebal disertasi para doktor, jangan hanya diperbincangkan dalam seminar para intelektual di hotel mewah, apalagi hanya menjadi hobi para orang kaya. Pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat. Untuk itu perlu ditumbuhkembangkan motivasi yang kuat untuk ikut tergerak berpartisipasi melaksanakan pelestarian, antara lain:
1. Motivasi untuk menjaga, mempertahankan dan mewariskan budaya yang diwarisi dari generasi sebelumnya;
2. Motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan generasi penerus bangsa terhadap nilai-nilai sejarah kepribadian bangsa dari masa ke masa melalui pewarisan khasanah budaya dan nilai-nilai budaya secara nyata yang dapat dilihat, dikenang dan dikhayati;
3. Motivasi untuk menjamin terwujudnya keragaman atau variasi lingkungan budaya;
4. Motivasi ekonomi yang percaya bahwa nilai budaya akan meningkat bila terpelihara dengan baik sehingga memiliki nilai komersial untuk meningkatkan kesejahteraan pengampunya; dan
5. Motivasi simbolis yang meyakini bahwa budaya lokal adalah manifestasi dari jatidiri suatu kelompok atau masyarakat sehingga dapat menumbuhkembangkan rasa kebanggaan, harga diri dan percaya diri yang kuat.

C. Pemanfaatan keanekaragaman budaya Indonesia

Dewasa ini, pemanfaatan keanekaragaman budaya Indonesia tidak lagi terasa dalam kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor internal maupun eksternal menjadi salah satu penghambat terhadap pemanfaatan budaya Indonesia itu sendiri. Kesadaran masyarakat untuk melestarikan budaya Indonesian pun lambat laun semakin berkurang. Masyarakat Indonesia sendiri pun kini lebih menyukai keanekaragaman budaya yang datang dari luar daripada budaya negaranya sendiri.

D. Dampak Arus Globalisasi Terhadap Pelestarian Keanekaragaman Budaya

Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk aspek budaya. Tak bisa dipungkuri bahwa telah
terjadi krisis budaya ditengah masyarakat Indonesia saat ini. Arus globalisasi saat
ini , mau tidak mau atau suka tidak suka, ternyata telah menimbulkan pengaruh
terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia. Derasnya arus informasi dan
telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Krisis identitas budaya, khususnya diantara generasi muda, ternyata tidak hanya melulu diperlihatkan dengan gaya berpakaian. Bahkan krisis ini juga sampai kepada menurunnya minat akan kesenian daerah. Boleh dikatakan bahwa budaya yang
merupakan sistem simbol dan norma dalam masyarakat
Indonesia yang ada sekarang ini macet. Kemacetan budaya ini karena
masyarakat kurang mengantisipasi dengan baik pengaruh globalisasi terhadap
budaya bangsa sendiri. Salah satu contohnya ialah ketika seorang mahasiswi dengan santainya menghebuskan asap rokok dari bibirnya yang merah. Dia duduk di sebuah meja yang berada ditengah-tengah sebuah kantin universitas. Mahasiswa yang duduk dibelakangnya dapat dengan jelas melihat celana dalamnya karena bajunya yang menggantung. Beberapa saat kemudian
beberapa mahasiswi lainnya memasuki kantin tersebut dengan pakaian yang sangat ketat sehingga menonjolkan buah dadanya. Hal ini sangat bertolak belakang sekali dengan kebudayaan Indonesia sendiri, dimana dahulu kala para wanita Indonesia mengenakan kebaya sebagai pakaiannya. Sungguh kenyataan yang sangat kronis bagi bangsa ini. Dari penjelasan diatas, jelaslah
bahwa globalisasi telah membawa dampak yang negatif dalam pelestarian budaya.


E. Kesimpulan

Dari data-data dan hasil observasi yang kami peroleh, akhirnya kami dapat menyimpulkan bahwa :
Pelestarian Keanekaragaman Budaya Indonesia dewasa ini sudah mengalami penurunan yang cukup pesat, untuk itu perlu adanya upaya dalam mengatasi dan melestarikan keanekaragaman budaya dengan cara mengaplikasikan dan menjaganya dalam penerapan kehidupan sehari-hari di lingkungan tempat tinggal maupun fasilitas umum. Agar pemanfaatan keanekaragaman budaya Indonesia dapat terlestarikan diperlukan adanya sarana dan pra-sarana yang mendukung. Namun disisi lain, dengan adanya dampak arus globalisasi untuk saat ini terhadap pelestarian kebudayaan Indonesia, perlu peningkatan pengawasan yang ketat agar pelestarian tetap terjaga serta terhindar dari bencana alam.